==================================
Muhamad Basyrul Muvid, M.Pd., lahir di Desa Murukan
Mojoagung Jombang Jawa Timur pada 09 Oktober 1992. Anak pertama dari Muhammad
Ridwan Shalliy dan Siti Maslichah. Setelah menghabiskan masa belajarnya di
bangku sekolah, ia meneruskan kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2011 dengan mengambil jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah. Kemudian, melanjutkan ke Strata Dua (S2) di
kampus yang sama pada tahun 2016 dengan jurusan yang sama. Setelah lulus, ia
melanjutkan kembali ke Strata Tiga (S3) di kampus yang sama pada tahun 2019 ini
dengan mengambil jurusan yang sama pula (PAI). Saat ini ia menjadi Dosen Tetap
Agama Islam di Universitas Dinamika (UNDIKA) Surabaya.
Kaum sufi erat kaitannya
dengan istilah tasawuf. Di mana Ilmu Tasawuf sendiri merupakan mata kuliah yang
banyak diajarkan di Perguruan Tinggi Islam baik Negeri maupun Swasta. Namun,
tasawuf juga bisa dipelajari bagi semua eleman masyarakat, mengingat tasawuf
sebagai ilmu untuk ‘menata’ aspek ruhani manusia menjadi bersih dan lebih baik
dengan menyandang gelar muhsinin wal muttaqin. Untuk itu, dalam dunia tasawuf
terdapat beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan untuk mendidik jiwa
dalam rangka menata dan mensucikannya agar ia bisa berada sedekat mungkin
dengan Allah Swt, dan akhirnya ia bisa mendapatkan secercah cahaya Ilahi.
Strategi dan metode yang diajarkan dalam dunia tasawuf dan dipraktikkan oleh
para kaum sufi, menjadi landasan bahwa seseorang memerlukan sebuah cara dan
alat untuk bisa dekat dengan Allah, untuk bisa kenal dengan-Nya dan untuk bisa
mendapatkan cinta-Nya. Mana mungkin bisa dekat, kenal, dan mendapat cinta-Nya,
jika manusia tidak mengerti cara dan alat untuk menggapai hal tersebut. Sama
seperti, ketika manusia ingin pergi ke suatu tempat, di mana ia tidak mempunyai
peta, kompas, dan arah penunjuk jalan. Ia dengan percaya diri terus berjalan
menuju tempat yang ia kehendaki. Akibatnya, ia akan tersesat. Sekalipun
kepercayaannya itu benar, maka ia akan membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa
sampai ke tempat tersebut. Oleh karenanya, manusia dalam menata dan mensucikan
jiwanya (ruhani) diperlukan sebuah strategi dan metode yang bersifat spiritual,
mengingat aspek yang dikaji adalah aspek ruhani (batin). Sehingga, akan
berhasil dalam melewati proses tersebut. Akhirnya, jiwanya ‘layak’ mendapatkan
pancaran cahaya Ilahi disebabkan kesuciannya, yang dalam al Qur'an diabadikan
dengan predikat 'an Nafsu al Muthmainnah’ dan ‘Qalbun Salim’.
Untuk itu, karya ini:
"Strategi dan Metode Kaum Sufi dalam Mendidik Jiwa: Sebuah Proses untuk
Menata dan Mensucikan Ruhani agar Mendapatkan Pancaran Nur Ilahi” disuguhkan
sebagai referensi bagi para mahasiswa, kaum millenial, dan masyarakat post
modern pada umumnya untuk lebih mengetahui cara menata dan mensucikan ruhani
sebagaimana yang dicontohkan oleh para kaum sufi. Ketika ruhani sudah tertata
dengan baik, bersih dan suci inilah manusia akan mengalami suatu keadaan berupa
ketenangan, kedamaian, dan kekusyukan dalam beribadah kepada Allah Swt,
akhirnya cahaya Allah diturunkan kepadanya. Yang mana hal tersebut menjadi
suatu yang sangat penting bagi masyarakat modern dalam menghadapi pengaruh
zaman global abad ini. Selamat membaca.
==================================
STRATEGI DAN METODE KAUM SUFI DALAM
MENDIDIK JIWA
Kuningan © 2019, Muhamad Basyrul Muvid,
M.Pd.
Editor : Tim Pena
Setting : Goresan Pena Publishing
Penata Isi : Tim Pena
Desain Sampul : C. I. Wungkul
Referensi
124 hlm. ; 14 x 21 cm
ISBN : 978-602-364-819-1
Cet. I, Oktober 2019
Soft Cover
Harga: Rp.60.000
(belum ongkos kirim)
==================================
Untuk Pemesanan:
SMS/WA/Telp. : 085 2214 2241 6
IG : @penerbit_gp
Inbox FB : Iwan Wungkul
Posting Komentar Blogger Facebook