==================================
Gempa dan gelombang tsunami pada 26 Desember 2004
lalu, diyakini bukanlah pertama kali terjadi di Aceh. Bencana lebih dahsyat
berupa mega tsunami diperkirakan pernah menerjang provinsi ujung Sumatra itu
pada 1.400 tahun lalu. Hal inilah yang membuat bencana tersebut akrab dalam
catatan sejarah di Serambi Mekkah ini. Masyarakat di Provinsi Aceh mengenal
bencana alam berupa gelombang besar yang menerjang pemukiman penduduk dalam
berbagai sebutan, seperti Tsunami yang diperkenalkan oleh masyarakat Jepang, Smong
oleh masyarakat Semeulue serta Ie Beuna oleh masyarakat pesisir Aceh lainnya.
Di Aceh memang mengenal adanya istilah smong di
kalangan masyarakat Kabupaten Simeulue. Musibah itu diperkirakan jauh lebih
dahsyat dibandingkan musibah 26 Desember 2004 lalu. Tsunami juga pernah
menerjang Simeulue pada tahun 1907. Masyarakat di sana kemudian mengenang
kejadian itu dengan sebutan smong dan cerita ini diwariskan secara turun
temurun.
Pada 26 Desember 2004, sangat sedikit warga Simeulue
menjadi korban. Artinya, orang tua di sana sudah memperingatkan generasi muda
Simeulue tentang tsunami dan cara mengantisipasinya. Keberhasilan masyarakat
Simeulue dalam menghadapi bencana smong/tsunami kiranya dapat menjadi pelajaran
penting bagi kita untuk mempelajari kembali dan merevitalisasi
kearifan-kearifan budaya lokal (local wisdom). Kearifan budaya lokal tersebut
secara berkesinambungan perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda.
==================================
SMONG
BELAJAR
TSUNAMI DI SIMEULUE
Kuningan © 2019, Sopian, S.Pd., M.Pd.
& Erwin, S.Pd., M.Pd.
Editor : Tito Nurdiyanto, S.Pd.
Setting : Goresan Pena Publishing
Penata Isi : C. I. Wungkul
Desain Sampul : C. I. Wungkul
Referensi
86 hlm. ; 14 x 21 cm
ISBN : 978-602-364-713-2
Cet. I, April 2019
Soft Cover
Harga: Rp. 50.000
(belum ongkos kirim)
==================================
Untuk Pemesanan:
SMS/WA/Telp. : 085 2214 2241 6
IG : @penerbit_gp
Inbox FB : Iwan Wungkul
Posting Komentar Blogger Facebook